Halaman

Jumat, 09 Desember 2011

Happy surfing...

Kita tidak pernah menyangka perjalanan hidup kita akan seperti apa. Tugas kita hanya mengusahakannya. Mimpi dan cita-cita adalah awal dari usaha tersebut. Kalau bicara mimpi, sebenarnya saya tidak pernah memimpikan untuk tinggal lama di kota tempat saya "numpang" dilahirkan yaitu Bandung. Saya sebut numpang karena benar-benar sebentar banget tinggal di bandung, cuma sekedar numpang lahir dan melewati masa balita. Selebihnya, saya dan keluarga kecil saya "terdampar" di Timur Indonesia. Paling lama di Makassar, mulai dari kelas 3 SD sampai 3 SMA.

Karena sudah terbiasa hidup bersama keluarga, awalnya berrat banget ketika menerima kenyataan saya harus hidup terpisah dengan mereka saat di bangku kuliah. Yang tadinya hidup bagai di kerajaan (smuanya ada berkat mama), tiba-tiba harus bisa mandiri jadi anak kostan. 

Sebenarnya saat pengumuman ujian SPMB diterima di FKG Unpad, saya benar-benar senang dan bersyukur luar biasa. Bahkan saat itu saya refleks memeluk mama saya, ritual yang jarang banget kami lakukan sebelumnya ^_^. Tapi, konsekuensi untuk hidup sendiri di kota baru belum terbayang saat itu. "Yang penting keterima dulu, urusan berikutnya, nanti saja dipikirinnya" pikir saya saat itu. 

Jelang kepergian ke kota Bandung, baru keriweuhan terjadi, mulai dari memikirkan dimana saya akan tinggal, sama siapa, dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Mengingat di kota tersebut kami tidak punya kerabat keluarga satu pun, rumah sih punya (tempat saya dilahirkan dulu) itupun masih berstatus dikontrakkan, jadi belum bisa kami gunakkan. 

Mau tidak mau, saya pun harus menjadi anak kostan. Nekat dan keberanian jadi modal saya ketika itu, sebenarnya saya sejak lama kepingin jadi anak asrama, kan keren kayak cerita di harry potter gitu lah ^_^ (hadeuh, tipe ABG banget deh saya waktu itu). 
Masa-masa awal saya tinggal sendirian di kostan (not alone actually, coz i've got friends there), masalah pencernaan mulai melanda, saya jadi sering sakit perut. Maklum yang tadinya anak rumahan, makannya pun makanan ala mama yang bebas vetsin, bebas debu, bebas polusi, tiba-tiba saya harus beradaptasi dengan makanan yang "entah sumber dan cara pembuatannya seperti apa". Ya sudah, melilitlah perut saya, memberontak karena kangen masakan mama :-P. Cukup menderita juga sih, tapi sekarang lambung dan usus saya nampaknya sudah kebal wkwkwk. 

Kini, sudah hampir 6 tahun saya hidup jauh dari keluarga, tapi kebersamaan bersama mereka masih menjadi harapan. Manusiawi kan keinginan saya ini. Kalau sedang melamun sendiri, sering aja perasaan rindu mulai membiru. Daripada mengungkapkan kepada dinding yang membatu, lantai yang membisu, atau kaca yang mendesu, lebih baik terjun ke dunia blog ^___^ hahahahaha (gak nyambung). Well then, happy surfing, moga pada gak bosen membaca cerita saya.


6 komentar:

  1. halo Annisa..ko-ass semester berapa?
    Salam buat semua guru-guru dan sahabat saya di Sekeloa yaw.. :D
    Selamat datang di dunia Blog juga..

    BalasHapus
  2. keep spirit..dengan hidup jauh dari ortu membuat kita menjadi mandiri....saya juga merasakan nya ^__^ salam kenal annisa

    BalasHapus
  3. perjuangan yang luar biasa. saluuut. pasti sukses. salam kenal dari guru SD

    BalasHapus
  4. Skrg saya semester akhir dok, lagi putaran liarr :D. Sip dok.
    Betul mba meutia, hidup aloners ^_^

    BalasHapus
  5. Amin, trims. Salam balik dan salam hangat selalu

    BalasHapus