Halaman

Jumat, 09 Desember 2011

Tipe pasien

Tahukah bloggers beda koas kedokteran dan kedokteran gigi selain pendalaman ilmu yang dipelajari? Yang saya tahu, salah satu perbedaannya adalah dari segi "cara mendapatkan pasien". Dalam pengamatan saya, koas kedokteran gak perlu repot mencari calon pasien, toh tiap hari RS kebanjiran pasien, betul nggak (aduh maaf ya kalau sotoi). Yang jelas sebagai koas kedokteran gigi, menjaring pasien (cari pasien sendiri) adalah rutinitas kami tiap hari. Gak heran, akhirnya dikenal-lah profesi "calo pasien" yang sering diserbu para koas. 

Tulisan ini bukan untuk referensi ilmiah, melainkan hanya referensi pribadi saja terkait tipe-tipe pasien yang sering saya temukan. 

Dari pengalaman saya, pasien dengan tingkat ke-kooperatif-an yang baik jadi penentu kesuksesan pekerjaan koas, disamping faktor-faktor lainnya. Sebagai perbandingan, dulu saya punya 2 pasien anak-anak dengan jenis perawatan yang sama. Yang satu tipenya penurut banget, yang satu penuntut abis. Setelah di evaluasi, anak pertama menunjukkan keberhasilan perawatan sampai 100%, sedangkan anak kedua gatot alias gagal total karena terlanjur kesal duluan sama si anak, gimana tidak, tiap kali dirawat ada aja maunya, minta dibelikan ini-itu, awalnya saya sabar menghadapi, tapi lama-lama jadi ilfil juga sih, secara gak langsung saya ngajarin budaya konsumerisme dan materialisme buat si anak. Saat dia minta sesuatu, saya pun mengabulkan. Dan tiap harinya permintaannya makin menjadi-jadi, mulai dari minta dibelikan cakue, es krim, susu, sampai buku! Hadeuh...Kalau dipikir tipe anak macam ini lumayan matre' juga ya, tau aja kita sebagai koas butuh mereka biar kita cepat lulus, akhirnya mereka terkesan seperti menuntut imbalannya. Gak bener banget ya,,, fiuh.

Pasien lainnya...alhamdulillah selama ini saya tidak mendapat kesulitan yang berarti, kalau pun ada yang "kabur" dan tidak melanjutkan perawatan, tapi itu bukan kasus-kasus yang sulit didapatkan dan masih bisa disiasati dengan cari "mangsa" yang baru...:D

Amazingly, beberapa pasien saya sangat sangat kooperatif, bahkan sering jadi tempat saya curhat juga. Berhubung saya jauh dari orang tua, terkadang ibu-ibu yang jadi pasien saya, sering saya ajak ngobrol dari hati ke hati, maklum waktu perawatan gigi terkadang lamaaa banget, jadi sekalian nggosip deh :P
Saking kooperatifnya, ada seorang ibu yang "pasrah" giginya mau di-gimana-in (hahaha ekstrim banget ya kata-katanya), tapi bukan berarti asal-asalah loh (hehe peace). Tiap kali saya panggil dia untuk perawatan, untuk datang kontrol, untuk follow up perawatan, untuk konsul, untuk dirujuk, dan lain-lain, beliau pun selalu nurut. 

 

Ada juga pasien yang tipenya kritis, biasanya pasien seperti ini banyak bertanya terkait perawatannya. Bahkan, saya sendiri sampai-sampai tidak menyangka pasien ini akan bertanya hal tertentu, lumayan lah ngasah otak juga, pinter-pinter cari bahasa awam untuk perawatan giginya biar mudah dimengerti.
Ada lagi yang unik, pasiennya kooperatif, tapi ke-tidak-kooperatifan justru datang dari keluarganya yang keberatan sang ibu hampir-hampir tiap hari datang ke klinik kami untuk perawatan giginya. Wah jangan sampai aja nih koas kedokteran gigi menimbulkan keretakan keluarga...hehe

Jadi intinya adalah komunikasi terapeutik antara operator dan pasien. Sejauh mana kami tidak hanya mengobati "penyakit", tapi juga jadi "pendengar dan good communicator" bagi mereka. Pahami keluhannya dan sakitnya, atasi, rekomendasi, dan apresiasi. Sudah siap jadi pasien saya??? visit your dentist right away :D