by:Annisa Nur Amala
Siapa yang menyangka gara-gara cinta, seseorang rela mengorbankan apa saja bagi yang dicintainya? Kisah-kisah cinta ala film Hollywood, bolywood, sampai Indo-wood (alias dalam negri sendiri) cukup menyihir penontonnya agar percaya hakikat cinta sejati itu seperti acting mereka dalam film, demi cinta, sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara rela memberikan apa saja demi cinta mereka. Sesempit itukah arti cinta, hanya sebatas komoditas para kapitalis untuk menjaring pasar biar produknya laku. Cinta yang diartikan rasa kasih sayang antara lawan jenis, dan praktiknya dilegalkan oleh aktivitas pacaran. Bahkan kebanyakan orang tua sekarang selalu merasa khawatir kalau ada anaknya yang belum punya pacar, karena takut tidak laku atau mungkin anaknya abnormal? Bukannya malah senang karena anaknya menjauhi aktivitas mendekati zina, lha ini malah kebalikan. Miris…
Tapi yang jelas, kisah cinta dari para pecinta sejati
berikut, sangat layak dan patut dicontoh, khususnya buat para pemuda atau
pemudi yang rawan kesasar menemukan arti cinta. True lovers alias pecinta
sejati, menunjukkan bentuk kesungguhan seseorang mencintai sesuatu melebihi
apapun juga. Buktinya bisa dilihat dari gerak-gerik, perkataan, sikap, dan
perbuatannya terhadap sesuatu yang dicintainya itu. Dalam Islam, cinta sejati
itu hakikatnya punya Allah dan Rasulullah. Selain pada keduanya, itu hanya
cinta semu yang terbatas ruang dan waktu. Sedangkan pada Allah dan RasulNya,
cinta itu akan abadi terekam dalam bingkai kehidupan dunia dan akhirat nanti.
Seperti kata pepatah, cinta butuh pengorbanan dan
pembuktian. Kalau kamu cinta Allah dan Rasulullah, maka buktikan itu! Sempat
dibuat heran ketika membaca status seseorang di jejaring sosial yang isinya :
Aku cinta bgt sama Allah, Aku juga cinta bgt sama pacarku. Dimana nyambungnya coba!
Kalau cinta sama Allah, buktikan donk dengan berani membuang jauh-jauh pacarmu!
Dimana coba dalil yang membolehkan pacaran. Aneh bin ajaib….
Pelurusan kisah cinta yang sesunggunya bisa dilihat dari
kisah para shahabat Nabi. Tidak ada matinya, romantis, sekaligus sangat
menggugah perasaan siapapun yang membacanya. Pengorbanan Abu Bakar ketika menjaga
Rasulullah SAW di gua dari kejaran orang Quraisy Mekkah ketika perjalanan
hijrah, sampai ia rela digigit ular. Ada lagi kisah Ali bin Abi Talib yang rela
bertukar posisi menempati ranjang Rasulullah, padahal ia sudah tau persis
taruhannya bisa saja nyawa melayang. Dua kisah ini sudah sering kita dengar,
dan selalu mendapat tempat tersendiri dalam. Namun, kisah yang satu ini dijamin
akan semakin membuat kita iri dengan orang-orang shaleh yang hidup di zaman
Rasulullah SAW.
Ialah seorang hamba sahaya bernama Tsauban yang punya
keinginan berjumpa dengan Rasulullah.
Sebab, ia sangat mencintai dan mengagumi akhlak dan kepribadian Nabi akhir
zaman tersebut. Namun, tempat tinggalnya sangat jauh, sehingga ia sulit
berjumpa dengan Rasul SAW.
Pada suatu hari, Tsauban dapat bertemu dengan Rasulullah. Kesempatan itu digunakannya untuk mendengarkan segala nasihat dan tausiah dari Rasul SAW. Mengetahui Tsauban, Rasulullah tampak heran, sebab warna kulitnya tidak seperti warna kulit orang yang sehat, tubuhnya kurus, dan wajahnya menandakan kesedihan yang teramat mendalam. Rasul pun bertanya, "Apa yang menyebabkan kamu seperti ini?"
"Wahai Rasulullah, yang menimpa diriku ini bukanlah penyakit, melainkan ini semua karena rasa rinduku padamu yang belum terobati, karena jarang bertemu denganmu. Dan, aku terus-menerus sangat gelisah sampai akhirnya aku dapat berjumpa denganmu hari ini," ujarnya.
"Ketika ingat akhirat, aku khawatir tidak dapat melihatmu lagi di sana. Karena, saya sadar bahwa engkau pasti akan dimasukkan ke dalam surga yang khusus diperuntukkan bagi para nabi. Kalaupun toh saya masuk surga, saya pasti tidak akan melihatmu lagi, karena saya berada dalam surga yang berbeda dengan surgamu. Apalagi jika saya nantinya masuk neraka, maka pastilah saya tidak akan dapat melihatmu lagi selama-lamanya," tukas Tsauban. Mendengar curahan hati si budak Tsauban tersebut, Rasulullah pun menjawab, "Insya Allah engkau (berkumpul) bersamaku di surga."
Subhanallah, bagaimana tidak dibuat melayang ketika dari mulut Rasulullah sendiri keluar kata-kata dahsyat yang mengabarkan ihwal syurga dan kesempatan untuk bersama-sama Rasul di dalamnya. Kisah Tsauban di atas semoga bisa mengingatkan kita bahwa jauhnya masa kehidupan kita sekarang dengan Rasulullah bukan berarti kita jauh dari menjalankan sunnah yang beliau sampaikan dan lakukan. Teringat sebuah hadits bahwa suatu saat Rasulullah pernah menyampaikan rasa rindu beliau pada teman-temannya yang bukan dari golongan shahabat, merekalah kaum Muhammad yang hidup di masa yang jauh dari masa Rasulullah hidup, namun mereka mampu menautkan hati dan pikiran mereka pada Islam. Berharaplah kita termasuk teman yang dirindukan oleh baginda Rasul.
Pada suatu hari, Tsauban dapat bertemu dengan Rasulullah. Kesempatan itu digunakannya untuk mendengarkan segala nasihat dan tausiah dari Rasul SAW. Mengetahui Tsauban, Rasulullah tampak heran, sebab warna kulitnya tidak seperti warna kulit orang yang sehat, tubuhnya kurus, dan wajahnya menandakan kesedihan yang teramat mendalam. Rasul pun bertanya, "Apa yang menyebabkan kamu seperti ini?"
"Wahai Rasulullah, yang menimpa diriku ini bukanlah penyakit, melainkan ini semua karena rasa rinduku padamu yang belum terobati, karena jarang bertemu denganmu. Dan, aku terus-menerus sangat gelisah sampai akhirnya aku dapat berjumpa denganmu hari ini," ujarnya.
"Ketika ingat akhirat, aku khawatir tidak dapat melihatmu lagi di sana. Karena, saya sadar bahwa engkau pasti akan dimasukkan ke dalam surga yang khusus diperuntukkan bagi para nabi. Kalaupun toh saya masuk surga, saya pasti tidak akan melihatmu lagi, karena saya berada dalam surga yang berbeda dengan surgamu. Apalagi jika saya nantinya masuk neraka, maka pastilah saya tidak akan dapat melihatmu lagi selama-lamanya," tukas Tsauban. Mendengar curahan hati si budak Tsauban tersebut, Rasulullah pun menjawab, "Insya Allah engkau (berkumpul) bersamaku di surga."
Subhanallah, bagaimana tidak dibuat melayang ketika dari mulut Rasulullah sendiri keluar kata-kata dahsyat yang mengabarkan ihwal syurga dan kesempatan untuk bersama-sama Rasul di dalamnya. Kisah Tsauban di atas semoga bisa mengingatkan kita bahwa jauhnya masa kehidupan kita sekarang dengan Rasulullah bukan berarti kita jauh dari menjalankan sunnah yang beliau sampaikan dan lakukan. Teringat sebuah hadits bahwa suatu saat Rasulullah pernah menyampaikan rasa rindu beliau pada teman-temannya yang bukan dari golongan shahabat, merekalah kaum Muhammad yang hidup di masa yang jauh dari masa Rasulullah hidup, namun mereka mampu menautkan hati dan pikiran mereka pada Islam. Berharaplah kita termasuk teman yang dirindukan oleh baginda Rasul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar