By:Annisa Nur Amala
Siang itu, saya dan teman sedang berada di lingkungan kampus selayaknya mahasiswa-mahasiswi yang lain. Tak disangka saat itu, kesabaran kami di uji. Saat itu, seseorang memanggil kami dan mengajak kami untuk ngobrol. Tidak seperti lingkungan di sekitar kami yang sibuk mengurus studinya, kami disibukkan untuk mengurus permasalahan yang mungkin untuk sebagian orang akan berkata “bodo amat”, “emang gue pikirin”, “terserah lo”. Permasalahan itu adalah jauhnya orang Islam dari Islam. Orang yang memanggil kami itulah contoh rilnya. Nampaknya ia agak tidak suka dengan gaya berpakaian kami, jilbab serba gombrang, longgar, dan guede, kerudungnya yang panjang di bawah rata-rata orang di sekitar kami yang pada nyekek leher. Disangkain kita orang arab. Bahkan, jilbab dan kerudung ini dibilangnya sebagai budaya orang arab. Sampai ia bertanya-tanya, kita ini orang Islam arab atau orang Islam Indonesia sih? Gubrak dot com!!! rasanya…mau meledak. Lucu, bingung, sekaligus miris. Detik itu juga, bertambah lagi dahsyatnya kebencianku sama orang yang sudah berhasil memarginalkan kesatuan Islam dengan yang namanya nasionalisme, sekat semu antar negri Islam di dunia yang sudah membuat ego kebangsaan lebih diutamakan dibandingkan ajaran Nabi saw yang pernah berkata umat Muslim itu bersaudara.
Jilbab yang mengulur ke seluruh tubuh seperti yang diperintahkan Allah swt dalam QS Al-ahzab:59 dan kerudung yang mengulur sampai juyub sebagaimana yang termaktub dalam QS An-nuur:31 dibilang budaya arab? Parahnya lagi, orang itu menyangsikkan isi Al-Qur’an. Masya Allah. Debat kami lumayan panjang dan menyita rasa kesabaran kami. Untungnya stok kesabaran itu dijamin oleh Allah nggak bakal habis, betul?. Akhirnya, yang selama ini aku kadang masih suka menutup mata dari kenyataan jauhnya umat Islam dari Islam, setelah momen itu aku tersadar kembali. Aku dibangunkan lagi untuk melihat, mendengar, dan merasakan…wake up! umat ini masih sakit, bahkan mungkin kronis. Dan segera membutuhkan bantuanmu. Karena siapa lagi kalau bukan kita umat Islam sendiri? Sayangnya, keadaan sekarang tak mencerminkan persaudaraan yang pernah dijelaskan dalam suatu hadis kalau umat ini layaknya satu tubuh, kalau ada satu bagian yang sakit, bagian yang lain turut merasakannya. Bayangkan tubuh kita sedang demam, kepala jadi ikutan pusing, perut jadi mules, badan juga jadi ogah-ogahan, gigipun jadi nyut-nyutan (loh?;p) seperti itulah seharusnya. Saat muslim yang lain tengah ditempa musibah, ya dibantu. Saat muslim di belahan bumi lain masih dijajah, dibunuhi, dibantai habis2an, wajib buat ditolong dan diberi pelindungan. Bukannya mengklaim kita ini Islam Indonesia jadi gak usah peduli dengan yang jauh di mato sono. Masih ingat benar saat Gaza dilanda serangan Israel, adakah negri muslim lainnya yang secara ril mengirim bantuan tentara kesana? Tidak…bahkan untuk sekedar memberi perlindungan tempat untuk mengungsi, Mesir sebagai perbatasannya pun ditutup oleh pemerintahnya. Layaknya sedang menonton sirkus singa yang menyerang manusia dibalik jeruji besi…tanpa ada rasa iba dan ingin menolongnya. Hmmmm ya begitulah “sakitnya” umat muslim saat ini. Semua serba “gue-gue, elo-elo”, gak pedulian satu-sama lain. Mungkin kondisi ini yang pernah diprediksikan Rasul saw…kalau umat muslim ini akan jadi seperti buih di lautan…jumlahnya banyak, tapi gampang dipecahkan. Manusianya bejibun di seluruh dunia, tentaranya kuat, militernya canggih, sumber daya alamnya melimpah, tapi kok kayak kucing tak bergigi??? Bisanya ngeong doang. Kalau sudah begini, pastinya ada jalan untuk menuju keadaan yang lebih baik. Dan ternyata, Islam is the only solution.
Tahukah kamu, Islam itu super keren…tidak hanya mengandung nilai2 kerohanian semata, tapi juga punya nilai2 dalam segala lingkup hidup, mulai dari tata-cara bergaul, berekonomi, sosial-bermasyarakat, sampai berpolitik. Subhanallah. Rasulullah saja adalah seorang politisi unggul dengan pemikirian dan strategi yang mendalam di dalam mengurus umatnya. Lihat saja, ketika beliau berstrategi dalam menaklukkan Quraisy Mekkah dengan membuat perjanjian damai yang dikenal dengan perjanjian hudaibiyah. Walau sempat diragukan oleh umat muslim saat itu karena terkesan merugikan kaum muslim, ternyata pada akhirnya menuai kemenangan agung (duh jadi geregetan pingin bahas sisi politisnya perjanjian hudaibiyah).
Bahasa kerennya, Islam itu tidak hanya sekedar agama, tapi juga ideologi atau sistem hidup. Kalau dalam bahasa arab dikenal dengan istilah mabda. Intinya, ajaran Islam itu tidak hanya mengatur hubungan vertikal manusia dengan Allah swt misalnya mengatur bagaimana ibadah solat, shaum, zakat, dll. Islam juga punya pengaturan hubungan horizontal manusia dengan manusia lainnya misalnya bagaimana manusia berjual-beli, bergaul, dll. Islam juga punya aturan hubungan manusia dengan dirinya sendiri misalnya bagaimana individu memilih makanan, pakaian, dll. Seringnya ketiga hubungan ini disebut hablumminallah, hablumminannas, dan hablumminanafs. Ketiganya ini musti diperhatikan dalam kehidupan. Jangan sampai individunya rajin solat, tapi pacaran. Zakatnya gak pernah alfa, tapi riba juga jalan terus. Itu namanya tidak kaffah(menyeluruh) dalam menjalani Islam. Padahal Allah sudah berpesan agar orang Islam jangan sampai menerapkan Islam setengah-setengah, tapi harus secara kaffah.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS.Al-Baqarah[2]:208).
Dengan penerapan menyeluruh ini, Allah swt menjanjikan kehidupan yang diberkahi anugrahNya dari langit dan bumi.
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. Al-A’raaf[7]:96), sebaliknya, kalau tidak taat, tunggu saja akibatnya…kerusakan, kefasadan, ketidakmakmuran, kegelisahan, mendera kita saat ini.
Islam is the only solution, terapkan Islamnya, kemudian buah manis akan terasa. Gak aka nada lagi embel-embel saya Islam Indonesia, kamu Islam Arab, jadi saling gak pedulian, yang ada hanyalah “kami orang Islam yang satu”. Penerapan Islam dilakukan secara inqilabiy, kerennya revolusioner. Praktisnya ya dalam bingkai negara Islam tentunya. Kerennya disebut Daulah Khilafah Islamiyah. Negara yang ditunggu-tunggu kehadirannya ini hukumnya wajib untuk segera diusahakan keberadaannya, dengan dakwah cara Rasul tentunya yang tanpa kekerasan, tapi dengan memperbaiki pemikiran umat yang sudah banyak menjauh dari Islam untuk kembali lagi kepada akidah dan syariahnya. Kalau pada masa shahabat, mereka hanya membiarkan paling lambat 3 hari 3 malam tanpa kehadiran khilafah di tengah mereka, kini umat Islam sudah selama 80 tahun lebih tanpa keberedaannya. Masya Allah, Astaghfirullah hal adzim. Semoga Allah memberi kemudahan bagi kita yang terus mau belajar dan berjuang demi Islam. Aamiin.
mantafffff
BalasHapus