Halaman

Kamis, 17 Desember 2009

ABC's solusi AIDS?


1 Desember dikenal luas sebagai hari AIDS sedunia. Berbagai pihak yang mengaku ‘peduli masa depan dunia tanpa AIDS’ berhuyung-huyung ke jalan mengkampanyekan propaganda “STOP AIDS”. Kepedulian ini berawal akibat kasus AIDS yang cenderung menampakkan kenaikan dari tahun ke tahun, data Depkes yang dilansir Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) menuliskan pada tahun 1987-1994 ditemukan 2-20 penderita AIDS di Indonesia. Kini, akumulasi kasusnya sampai Juni 2009 telah mencapai angka 17.699 penderita! Diperkirakan data ini belum menggambarkan kondisi rilnya, bagai fenomena gunung es. Sumber yang sama mengungkap ternyata kasus AIDS terbesar terdapat usia 20-29 tahun yang merupakan kelompok remaja-dewasa muda! Jabar, DKI Jakarta, dan Jatim adalah top three daerah terjangkitnya kasus AIDS. Namun jangan salah, daerah manapun bisa dengan cepat naik jumlah penderitanya karena sifat virus HIV/AIDS yang mudah menular, antara lain akibat penggunaan obat-obatan terlarang dengan jarum suntik dan hubungan seks yang beresiko (gonta-ganti pasangan, homoseks, dan penyimpangan seksual lainnya). Karenanya, siapapun, dimanapun, dan kapanpun anda berada, dituntut untuk waspada terhadap penyebarannya, karena penyakit HIV/AIDS bisa menyerang tanpa pandang bulu, mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, sampai tua renta. Perlu digarisbawahi bahwa HIV/AIDS adalah penyakit seksual menular yang mematikan karena menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, dan sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkannya secara tuntas.



Bagaimana AIDS hadir di tengah komunitas manusia layak untuk dibahas, karena menurut catatan kuliah yang penulis dapatkan, virus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di wilayah Amerika pada seorang yang homoseksual (menyukai sesama jenis). Ditinjau dari sisi sosial-budaya khususnya di barat, tak terpungkiri lagi gaya hidup yang serba bebas yang mana manusia dibebaskan untuk gonta-ganti pasangan, dibebaskan untuk melampiaskan syahwat pada siapa dan apa saja, diberi keleluasaan untuk menyukai sesama jenis, menjadi andil bagi berkembang luasnya penyakit menular ini. Dan kini, dunia timur yang kebanyakan adalah negri Muslim, seakan tidak mau ketinggalan dengan dunia barat hanya dengan alasan tak mau dicap kuno dan tidak modern seperti barat. Perlahan namun pasti tengah terjadi adopsi massif budaya hidup bebas ala barat tanpa ada filter. Buktinya, mari lihat realitas bagaimana solusi liberalisme dalam mencegah HIV/AIDS. Bukannya melarang praktik zina yang menjadi akar masalah terjadinya AIDS, tetapi liberalisme justru mempertahankan budaya seks bebas asal aman, caranya? Ya pake pengaman toh (baca:kondom). Di Indonesia, solusi ini sudah masuk dalam tataran aturan negara, terbukti dengan digulirkannya komitmen Sentani pada 19 Januari 2004 yang disetujui menteri dan DPR saat itu, yang kini juga menjadi rujukan pengambilan kebijakan. Dalam komitmen tersebut dikatakan antara lain mengenai promosi penggunaan kondom untuk hubungan seks beresiko dan diharapkan tercapai target 50% pada tahun 2005. Tak heran mulai beredar kondom yang dijual bebas di supermarket, belum lagi dengan diciptakannya mesin ATM kondom. Atau lihat fakta lain, dalam laporan KPA tahun 2007 yang diketuai menkokesra (saat itu Aburizal Bakrie) dan turut disahkan oleh menteri lainnya (termasuk menteri agama) menyebutkan ada 3 langkah yang bisa dilakukan agar HIV/AIDS bisa dicegah yakni dengan solusi ABC. A untuk abstinence, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, B untuk Be faithful, artinya saling setia yaitu hanya berhubungan seks dengan pasangan sah. Yang menjadi kontroversi ialah solusi C untuk Condom, yang artinya jika tidak mampu menahan untuk tidak berhubungan seks dengan bukan pasangan maka gunakanlah kondom!!! Logika bisa dengan mudah mencerna akhirnya kemana sebenarnya arahan solusi yang ditawarkan kapital-sekular ini=pengesahan seks bebas!pelegalan lokalisasi.
Solusi pencegahan yang ditawarkan kapitalis-sekular yang menganut paham kebebasan atau liberalisme ini sangat berbeda dengan solusi jitu yang dihadirkan dalam Islam. Filosofinya, jika ingin cermat menyiasati suatu masalah, maka akar masalahnya lah yang harus diselesaikan. Dari fakta yang ada terbaca jelas bahwa menyebarnya HIV/AIDS antara lain karena pergaulan bebas misalnya penggunaan narkoba dan merajalelanya seks bebas. Maka, jelas narkoba dan seks bebas inilah yang harus diberantas, niscaya HIV/AIDS tidak akan berkembang. Bukan akhirnya memfasilitasi seks bebas tadi dengan kondom agar bebas HIV/AIDS.
Namun kadang pintarnya para PSK (Pekerja Seks Komersial) berkelit dengan alasan ekonomi. Dengan alasan untuk menyambung hidup, mencari nafkah demi sesuap nasi, apapun dilakukan termasuk menjajakan tubuh pada tamu nakal yang berduit. Jika itu masih jadi pertimbangan, tidakkah mereka telah melupakan satu hal yang lebih penting: MASA DEPAN. Itulah sekelibas ironi hidup di zaman kapitalis yang menganggap materi adalah segala-galanya sehingga muncul paham sekularis yang memarginalkan peran agama dalam hidup, asal uang digenggam. Oleh karenanya Islam hadir menjawab tantangan hidup.
Dalam pandangan Islam, satu-satunya cara untuk melindungi diri dari penyakit seksual menular setaraf HIV/AIDS adalah dengan menghindarkan diri dari hal yang bisa menularkannya, misalnya seks bebas atau menggunakan narkoba yang memang telah jauh hari diharamkan oleh Allah swt. Kaitan dengan individu tadi, masyarakat pun harus ambil andil dalam mencegahnya yakni dengan menolak segala bentuk lokalisasi atau tempat pelacuran lainnya yang justru saat ini dipelihara baik hanya demi alasan menambah devisa RT/RW. Negara sebagai kontrol utama masyarakat tak kalah pentingnya, kemauan untuk mengeluarkan aturan yang bersumber dari nash Al-Qur’an dan As-Sunnah harus menjadi konsentrasi utama dalam membina dan mengatur rakyatnya. Dalam Islam pun dikenal satu-satunya metode yang akan menjalankan semua itu ialah metode baku yang dicontohkan oleh Rasulullah saw yakni membangun Daulah (negara) Islamiyah. Dengan begitu, manusia akan tunduk pada hukum Allah swt yang akan menempatkan manusia pada fitrohnya.
Terkait dengan pencegahan HIV/AIDS yang berarti melarang praktik pelacuran, narkoba, dsb, maka Islam menghadirkan sperangkat aturan pergaulan antar manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Untuk menghindarkan zina, Islam memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk menundukkan pandangannya (menahan diri untuk tidak melihat lawan jenis dengan pandangan syahwat), menutup aurat secara sempurna, mengharamkan berdua-duaan antar lawan jenis yang bukan mahram, dan mengatur interaksi laki-laki dan perempuan adalah terpisah (tidak bercampur baur). Solusi jitu lainnya untuk menghindarkan individu terjun bebas dalam zina ialah dengan mempermudah dilangsungkannya pernikahan jikalau memang sudah siap lahir batin, jikalau belum maka Islam menjawab agar individu terkait banyak-banyak bertaqarrub kepada Allah dengan melakukan shaum (puasa). Rinci bukan aturan Islam ini.
Adapun terkait alasan para PSK yang tetap bertahan demi alasan ekonomi, maka Islam memberikan solusi dengan seperangkat aturan ekonominya (yang insya Allah akan dibahas kemudian). Intinya memang benar, sistem Islam dalah sistem yang komprehensif dan paripurna yang tidak bisa dijalankan separuh, ditinggalkan separuh, namun secara pasti harus diterapkan secara kaffah (menyeluruh) dalam segala lini kehidupan mulai dari pergaulan, ekonomi, politik, peradilan, pendidikan, sosial, kesehatan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, kembali kagi ditekankan, satu-satunya metode yang akan menerapkan Islam kaffah adalah Daulah Khilafah Islmaiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar