By:Annisa Nur Amala
Siang itu, saya dan teman sedang berada di lingkungan kampus selayaknya mahasiswa-mahasiswi yang lain. Tak disangka saat itu, kesabaran kami di uji. Saat itu, seseorang memanggil kami dan mengajak kami untuk ngobrol. Tidak seperti lingkungan di sekitar kami yang sibuk mengurus studinya, kami disibukkan untuk mengurus permasalahan yang mungkin untuk sebagian orang akan berkata “bodo amat”, “emang gue pikirin”, “terserah lo”. Permasalahan itu adalah jauhnya orang Islam dari Islam. Orang yang memanggil kami itulah contoh rilnya. Nampaknya ia agak tidak suka dengan gaya berpakaian kami, jilbab serba gombrang, longgar, dan guede, kerudungnya yang panjang di bawah rata-rata orang di sekitar kami yang pada nyekek leher. Disangkain kita orang arab. Bahkan, jilbab dan kerudung ini dibilangnya sebagai budaya orang arab. Sampai ia bertanya-tanya, kita ini orang Islam arab atau orang Islam Indonesia sih? Gubrak dot com!!! rasanya…mau meledak. Lucu, bingung, sekaligus miris. Detik itu juga, bertambah lagi dahsyatnya kebencianku sama orang yang sudah berhasil memarginalkan kesatuan Islam dengan yang namanya nasionalisme, sekat semu antar negri Islam di dunia yang sudah membuat ego kebangsaan lebih diutamakan dibandingkan ajaran Nabi saw yang pernah berkata umat Muslim itu bersaudara.